Kamis, 02 Maret 2017

The Tutorial is too Hard - Bab 5

The Tutorial is too Hard


Bab 5
Waiting Room [2]



Senjata tak terhitung jumlahnya berjajar disekelilingku. 
Senjata yang terlihat semacam senjata kelas pemula. 
Kebanyakan mereka tidak memiliki aksesoris dan terlihat usang. 
Tidak diragukan lagi kalau itu adalah senjata yang dibuat untuk latihan. 

Mana yang harus kupilih? 

Pertama-tama mari lihat statusku dulu. 

Tinggi : 177 cm 
Berat   : 71 kg 

Badanku sebenarnya kurus, tapi bertambah berat karna aku selalu diam dirumah tanpa melakukan apa-apa. 
Karna ototku kurang kuat, mengayunkan senjata berat pasti susah. 
Aku cukup percaya diri jika mengenai kebugaran. 

Aku cukup berbakat dalam olahraga biasa, mungkin karna aku bagus dalam koordinasi mata dan tangan. 
Namun tentu saja aku lebih percaya diri jika berbicara mengenai bermain video Games. 

Aku tidak pernah berlatih beladiri dalam waktu lama. 

Saat aku masih muda, aku berlatih ke dojo wushu, dan hanya berlangsung sebentar saja. 
Dan saat memasuki SMP ku mencoba berlatih Kendo. 
Mungkin akan bagus jika aku tidak berhenti belajar Wushu, Kendo atau beladiri lainnya. 

Terlepas dari semua senjata yang bisa dipakai, sebuah tongkat menarik perhatianku. 
Bukan sebuah tongkat yang dipakai layaknya club, lebih seperti sebuah tongkat sihir yang sering dipakai oleh Gandalf. (Penyihir dalam Lord of the Ring) 

Yah, aku tidak tahu apakah itu memang tongkat sihir namun tongkat itu jelas terlihat seperti itu. 

Jika aku memilihnya, apa aku akan menjadi Mage atau Priest? 
Aku juga harus mempelajari skill yang sesuai fungsi tongkat. 
Ah, lebih baik senjata jarak dekat. 

Mempunyai senjata jarak jauh memang lebih aman karna menyerang dari zona yang aman dalam medan perang. 
Dengan satu syarat, hanya akan bekerja bila seseorang yang melindunginya. 
Dan lagi, jika menilai orang-orang yang barusan kutemui, memilih senjata jarak dekat jelas lebih baik. 

Mengarahkan pedang ke wajah seseorang tentu akan lebih mengintimidasi dari pada mengarahkan sebuah tongkat. 
Akan bagus bila aku akur dengan orang-orang di ruang berdinding batu, tapi aku harus berpikir bila situasi berubah menjadi sebaliknya. 
Dengan pemikiran itu, busur dan tongkat serta semua senjata jarak jauh kuabaikan. 

Dengan alasan yang sama aku juga mengabaikan senjata tumpul semacam club. 
Senjata yang tidak setajam dan mengintimidasi semacam pedang. 
Dan lagi senjata semacam club pasti berat. 
Setelah mempertimbangkan segala semuanya, senjata yang cocok kugunakan adalah tombak, pedang, kampak dan sejenisnya. 

Banyak variasi dalam satu jenis senjata, termasuk kampak. 
Beberapa kampak terlihat begitu ringan, aku tidak menyukainya. 

Yang tersisa berarti pedang dan tombak. 

Biasanya orang akan memilih tombak karena lebih berguna dan efektif. Tapi dikehidupan nyata tidak semudah itu. Tombak merupakan senjata tingkat lanjut yang mana pemula tidak akan bisa menggunakannya secara efektif. 
Memang pada dasarnya tombak lebih kuat daripada pedang jika penggunanya mampu menjaga jarak yang tepat. 

Dengan kata lain, tombak lebih sulit digunakan bila jarak dengan musuh terlalu dekat. 
Mungkin saja bila aku memiliki kawan yang menggunakan tombak akan tercipta kolaborasi yang bagus. 
Aku tidak tahu musuh macam apa yang akan kuhadapi nanti... Tidak,lebih tepatnya aku tidak tahu apa aku akan menghadapinya. Jika musuh lebih kuat, cepat, dan akurat menggunakan tombak adalah sebuah masalah. 

Aku hanya seorang pemula dan manusia biasa. 
Meski sejujurnya menggunakan pedang merupakan tantangan tersendiri bagi pemula, jika aku terus ragu akan pikiranku sendiri aku akan berakhir dengan terus menerus memikirkan hipotesisnya. 
Aku harus yakin pada keputusanku dan mulai memilih pedang yang cocok. 

Aku mengangkat sebuah pedang panjang dan benar saja, lebih berat dari pada yang kupikirkan. 
Aku mengayunkanya dengan sekuat tenaga dan kurasa badanku tidak mampu mengimbanginya. 
Dari pengalaman ini, aku putuskan untuk mengabaikan pedang dengan kendali dua tangan. 
    
Sekalinya aku menemuka pedang satu tangan, kutemukan pedang itu berdampingan dengan tameng, layaknya sebuah set. 
Ah kombinasi pedang dan tameng. 
Ada lebih dari 12 set, dan semuanya terlihat biasa saja. 

Pedang dan tameng dengan kondisi buruk yang cocok satu sama lain. Tameng yang sangat tipis dan rapuh. Pedang yang pendek dan tipis. 
Terlebih lagi, banyak karat dan retakan. 
Apa aku harus menyerah pada pedang dan memilih tameng saja? 
Menjadi tanker sejak awal juga pilihan bagus. 

Aku merenung untuk sesaat dan segera mengabaikan pikiranku. 
Tidak peduli apapun itu, meski aku ragu, lebih baik kalau aku memiliki sebuah senjata. 
Aku tidak yakin apa aku bisa bertahan bersama dengan mereka. 
Jika memang bisa, aku belum tentu bisa mempercayai mereka. 

Setelah beberapa jam, aku akhirnya memilih senjata. 
Tameng bundar yang bisa dipasang ketangan dan pedang kasar yang panjangnya 40cm. 
Pedang yang terlihat cukup mirip dengan yang digunakan seorang Gladiator di zaman romawi. 
Tameng yang terbuat dari kayu dengan kulit membentang dipermukaanya. Aku menyukainya karna mudah digunakan dan sabuk kulit yang bisa dipasang ditanganku. 

Sama seperti pedang yang lain yang ditemukan dalam satu set, pedang yang kupilih berkarat dibeberapa bagian. Kupilih pedang yang pendek dan kuat jadi tidak akan mudah rusak. 

[Dirty Shield] 

Defense : 4 
Diskripsi: Karna biasa terlepas dari kendali. Sebuah sabuk terpasang sebagai pengaman. Sabuknya lebih berharga dari pada tameng. BEKAS. 

[Pedang pelatihan yang terbuang] 
Attack: 3 
Diskripsi : Sebuah pedang pelatihan yang digunakan anak-anak. BEKAS. 

Diskripsi yang sangat berguna. Dan kenapa juga harus menjelaskan kalau item itu bekas hah? mungkin semua senjata dasar juga sama, atau sebuah pinalti karna memilih satu set. Kondisi item yang benar-benar buruk. 

[Apa kamu akan memilih ini?] 

Sebuah pesan muncul. 

"Ya" 

Dan kemudian aku sudah kembali ke ruang berdinding batu. 

“Selamat datang kembali. Apa kau sudah memilih senjata?" 

Pria dengan wajah beruang langsung menambutku setelah aku kembali. 

"Ya" 

"Ah, kau memilih sebuah set pedang dan tameng. Pilihan Bagus" 

"Apa?!" 

Si Gangster berteriak dari kejauhan. 

"Bagaimana kau bisa membawa 2 benda sekaligus? Hah!?" 

"Pedang dan tameng ini adalah satu set. Kupikir karna mereka satu set jadi kualitas pedang dan tameng agak kurang." 

Si Gangster tidak mau menerima penjelasankan dan terus komplain selema berjam-jam. 

Pria beruang menghadapinya dan memberitahunya bahwa dia juga melihat senjata dalam satu set. sehingga dia bisa tenang. 
Pria mirip beruang lalu memberitahuku tentang inventory dan baris status serta cara menggunakan fitur Community. 

“Inventory.” 

Secepat aku mengucapkannya, inventory milikku segera muncul tepat dihadapanku. 
Didalamnya ada makanan kering dan air. Aku juga harus mengecek berapa banyak yang bisa aku simpan setelah ini. 

Ketika aku memikirkan untuk melepas pedang dan tameng untuk dipindah dalam inventory, senjata yang kugenggam perlahan menghilang dan muncul di inventory. 
Begitu pula dengan tameng. 
Benar-benar seperti dunia Game. 

“Status.” 

Lee Ho Jae (Manusia) 

Strength: 8 
Dexterity: 13 
Endurance: 10 
Intelligence: 21 

Baris status yang rapi dan sederhana. 
Sebenarnya mungkin ada sesuatu yang lain disana. 
Seperti karakter utama dalam sebuah cerita, aku memprediksi adanya beberapa kekuatan istimewa atau sejenisnya. 
Intelligence yang lebih tinggi dari perkiraanku. 
Tidak heran kenapa tongkat sihir begitu menggoda. 

"Inventory dan Status cukup mudah dimengerti, tapi apa itu fitur Community?" 

"Hmm, sama seperti jaringan sosial media. Kau bisa menggunakannya untuk berhubungan dengan orang yang berada diruangan berbeda. Selain itu aku tidak tahu lagi." 

"Ruangan yang berbeda." 

Aku sangat penasaran dengan fitur Community ini, dan kubuka. 

[Easy Mode, Forum (33/61)] 
[Normal Mode, Forum (7/24)] 
[Hard Mode, Forum (11/16)] 
[Hell Mode, Forum (1/4)] 

"Di golongkan menurut tingkat kesulitannya." 

"Ya, dan hanya kita berempat yang memilih Hell Mode. Oleh karena itu, bukankah lebih baik kalau kita memadukan serang dan melatih kerjasama?" 

"Benar." 

"Dan yang terakhir adalah penunjuk waktu. Jika kau memikirkan ingin melihat waktu, maka secara otomatis akan langsung muncul di dihadapanmu." 

Persis seperti yang dia katakan, aku memikirkannya dan.... 

[Hari ke 0, 1:13 P.M] 

[Waktu tersisa sampai Tutorial dimulai : 70 Jam 43 Menit] 

"Kemarilah, kita harus saling memperkenalkan diri dan berdiskusi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar